Minggu, 11 November 2012

Agung Ray, Juara LCC bahasa Indonesia

Bu Guru Ucik, Agung Ray, Pak Mudita
Tangis bahagia tak bisa dibendung seorang siswa SMA N Bali Mandara (Sampoerna Academy). Siswa beruntung itu adalah I Gusti Agung Ray Padmayoni Dewantari. Ia yang mewakili sekolah seorang diri untuk mengikuti LCC Bahasa Indonesia antar siswa
SMA/SMK/MA se-Bali berhasil membawa sebuah piala bergilir dari Pusat Bahasa Denpasar serta piala tetap sebagai juara pertama atas kompetisi itu.
Hari itu Selasa, 23 Oktober 2012 siswa yang lebih akrab dipanggil Agung Ray ini sudah bersiap di depan asrama. Dengan motor matic, ia dan guru pembimbingnya, I Komang Mudita, berangkat menuju tempat perlombaan dengan penuh harap. Dengan satu kalimat penyemangat, berangkat naik motor pulang bawa piala, mereka menghadapi hari itu dengan senyum.
Bertempat di Auditorium Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) penyisihan tahap I dimulai setelah Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) membuka acara secara resmi. Bekerja sama dengan Pusat Bahasa Denpasar, penyisihan dilakukan dengan tes UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia). Dalam penyisihan tahap I, Agung Ray harus menyisihkan 22 pesaing dari total peserta 52 orang untuk bisa melaju ke 30 besar.
Doa tak henti diucapkan ketika panitia membacakan nama 30 orang yang berhasil melaju ke tahap penyisihan II. Kebahagiaan terpancar dari wajah Agung Ray ketika namanya disebutkan pada urutan ke-8. Selang beberapa menit penyisihan tahap II dimulai untuk memperebutkan 8 posisi untuk melanjutkan ke tahap semifinal. Masih seperti penyisihan tahap I, penyisihan tahap II dilaksanakan dengan tes UKBI.
Setelah 40 menit berlalu, tes usai dan perasaan was-was kembali terlihat di wajah Agung Ray sembari menunggu pengumuman hasil tes penyisihan. Seorang panitia berdiri di depan semua orang yang hadir saat itu dan mengumumkan 8 orang finalis yang akan melanjutkan ke babak semifinal.
“Awalnya saya pikir saya bukan satu dari delapan orang itu, hingga urutan ke-7 nama saya belum disebut dan saya pikir peluang itu semakin kecil,” ungkapnya, “beruntungnya di urutan ke-8 nama saya disebut.” Ungkapan itu yang sempat diucapkan Agung Ray sebelum ia menghadapi lawan-lawannya di semifinal.
Semifinal dilaksanakan dalam dua ronde, Agung Ray berkesempatan untuk menghadapi lawannya di semifinal ronde 2. Dalam semifinal itu ia harus menghadapi tiga lawan yang tangguh dalam tiga ronde. Ronde pertama adalah soal amplop, dari 10 soal yang disediakan dalam satu amplop Agung Ray berhasil menjawab 8 soal dengan benar.
Setelah soal amplop, dilanjutkan dengan soal operan. Soal yang harus dijawab hanya 5 namun Agung Ray mampu menjawab 8 soal, 3 soal lainnya didapat dari operan lawannya. Dalam ronde terakhir Agung Ray harus beradu cepat dengan lawan-lawannya untuk menjawab 10 soal yang disediakan. Di akhir babak semifinal Agung Ray berhasil memimpin dengan skor lebih dari 1600, ia bersama satu pesaing lain dari SMK N 1 Denpasar melaju ke babak final untuk memperebutkan posisi pertama.
Di babak final ia bertemu dengan siswa dari SMA N 1 Denpasar, SMA LAB Undiksha, serta SMK N 1 Denpasar. Dalam babak final ini Agung Ray tidak hanya mengandalkan kemahiran dalam berbahasa Indonesia, ia juga menggunakan analisis peluang dalam mempertahan poinnya. Masih seperti semifinal, final juga dibagi menjadi 3 babak. Berdasarkan hasil di babak soal amplop dan soal operan, Agung Ray memimpin dengan perolehan poin 750. Dari hasil dua babak itu, Agung Ray menjalani babak final dengan analisis nilai dan menjawab soal dengan sangat hati-hati. Ia mempertahankan poinnya sementara lawan-lawannya mendapatkan pengurangan nilai di babak rebutan karena salah menjawab soal.
Pada akhirnya, juri membacakan pemenang yang dimulai dari juara ke-2. Dalam ketegangan itu Agung Ray memanjatkan doa tak henti-hentinya, ia berusaha menguatkan diri untuk menerima segala hasil perlombaan. Ketika namanya disebut sebagai juara pertama tak terelakkan lagi air mata mengalir dari kedua matanya.
“Saya benar-benar tidak menyangka, dengan persiapan intensif yang hanya 3 hari saya bisa membawa pulang piala bergilir itu.” jawabnya singkat dengan sedikit terbata-bata ketika ditanya tentang perasaannya setelah mendapat juara pertama.
Di akhir Agung Ray mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada panitia yang telah memberikannya kesempatan untuk berprestasi, begitu pula kepada dua orang pembinanya, I Komang Mudita dan Komang Ayu Suciartini, atas bimbingan mereka. Persiapan selama 4 hari dimanfaatkan secara efektif oleh Agung Ray untuk mempelajari materi lomba dengan bimbingan kedua gurunya. Agung Ray menambahkan, ia tak mungkin bisa mendapat ketenangan ketika menjawab soal bila tidak ada doa dari semua warga SMA N Bali Mandara (Sampoerna Academy). Satu ungkapan terakhirnya bahwa apa yang ia dapatkan hari itu dipersembahkan untuk Ayahanda tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar