Rabu, 17 Juli 2013

Sapta Satya, Harapan Baru di Tahun Ajaran Baru





Setelah bekerja sama dengan Putera Sampoerna Foundation (PSF) selama 2 tahun, SMA Negeri Bali Mandara perlahan-lahan mulai melepas “bayang-bayang” budaya yang dijalani bersama PSF. Mulai dari seragam, pin hingga program sekolah. Salah satu yang terlihat berubah belakangan ini adalah adanya Sapta Satya Peserta Didik SMA Negeri Bali Mandara. Mulai hari Selasa(16/7) lalu, seluruh siswa mulai mengucapkan janji peserta didik yang berjumlah 7 poin utama tersebut. Alasan lain di balik penggantian janji peserta didik yang awalnya berjumlah 5 poin utama tersebut dikarenakan ingin adanya perubahan dalam berbagai hal, keseragaman salah satunya. Salah satu contoh perubahan yang nyata terlihat adalah penggunaan kata Catur Guru. Pada janji peserta didik yang lalu, kata Catur Guru dipandang kurang menyeluruh penggunaannya dibanding dengan kata orang tua.
Dalam hal penyusunan Sapta Satya Peserta Didik SMA Negeri Bali Mandara mengadopsi berbagai sumber yang ada, 18 nilai karakter bangsa dan janji peserta didik yang lalu contohnya. Di lain hal, penyusunan Sapta Satya dilakukan oleh tim sekolah dengan berbagai macam usulan yanga ada. Selain itu, dalam perumusan 7 poin Sapta Satya memang dirancang agar tidak terlalu panjang, namun tetap padat dan jelas. Ini dikarenakan, jika jumlah poin utama janji peserta didik tersebut terlalu banyak, tentu akan menghabiskan banyak waktu dalam pelaksanaanya di upacara bendera.
Kendala pun mulai muncul ketika Sapta Satya berhasil dirumuskan. Ini terlihat ketika dilakukan upacara pada hari Selasa lalu dimana para siswa terlihat kesulitan mengikuti ucapan Sapta Satya yang terbilang baru. Namun, hal tersebut masih dirasa wajar mengingat pelaksaannya yang baru dilaksanakan 2 hari yang lalu Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala yanga ada seperti kata-kata dan jeda intonasi yang masih asing, pihak sekolah pun sudah menyiapkan waktu untuk dilakukan penyosialisasian Sapta Satya Peserta Didik SMA Negeri Bali Mandara. Hal yang senada diungkapkan oleh salah seorang peserta didik. “Sapta Satya ini memang masih perlu dilakukan sosialisasi. Biar kita tahu maknanya lebih dalam dan juga sekaligus bisa menghafalnya”, ungkap Ari Handayani.

Berbagai harapan muncul dengan adanya Sapta Satya ini. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang guru SMA Negeri Bali Mandara, Ibu Citra. Beliau berharap agar para peserta didik mampu menghayati, memaknai, mengimplementasikan dan yang terakhir tentu saja mengembangkan. Dengan telah mampunya para peserta didik menghayati dan memaknai, tentu dengan mudah untuk mengimplementasikan di lingkungan sekitar dan mampu mengembangkan dengan mampu menjangkau lingkungan sosial yang lebih jauh.(wed)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar