Rabu, 19 Desember 2012

Poster Penerimaan Peserta Didik Baru SMA negeri Bali Mandara

brosur bisa didownload di
http://www.4shared.com/office/1DefZqwD/brosursmanbaraindosiswa_baru.html?
FORMULIR PENERIMAN PESERTA DIDIK BARU
http://www.4shared.com/office/wKc1nyJs/formulir_pendaptaranupload.html
 

kunjungan SMA N 4 Denpasar

Siswa, guru & kepala sekolah SMA Negeri Bali MAndara berphoto bersama siswa & guru SMA N 4 Denpasar

Eco School program 15, 17, 18 Desember 2012

Selama 3 hari pada tanggal 15, 17 & 18 Desember 2012, SMA negeri Bali Mandara mengadakan program Eco School yang mengenalkan siswa dengan lingkungan dan masalah lingkungan.
Pembicara pertama dari Universitas Udayana seorang peniliti bambu yang berencana memberikan bibit untuk ditanam di lahan seluas 2 hektar di SMA Negeri Bali Mandara.Bambu ini membantu selain membantu pelestarian lingkungan sekolah, secara ekonomis juga membantu keberlangsungan sekolah. Bu Diah Dr. Ir. Pande Diah Kencana, Msi biasa dipanggil menjelaskan tentang bambu & konservasi air. "Sampai saat ini ada 1500 spesies bambu, 147 jenis tumbuh di Indonesia & 35 jenis diantaranya tumbuh di Bali" jelas bu Diah tentang bambu. "Daun bambu dapat menyerap lebih dari 62 ton CO2 / tahun di udara/ km. Bambu juga mampu menahan tanah, menyimpan air & bisa menimbulkan mata air" sambung bu diah tentang tanaman bambu.
Bambu juga bernilai ekonomis dari akar sampai daunnya. Akar yang disebut rebung adalah sumber pangan yang memiliki anti oksidan tinggi. Batangnya biasa digunakan sebagai sarana upacara & bahan furniture di Bali. Bila dilakukan tebang pilih sekali tanam bambu bisa hidup sampai dengan 100 tahun.
Pembicara kedua, bapak Muderawan mengisi mengenai Global Climate Change, The problem, the impact & possible solution. Bapak Muderawan bersama 2 warga asing menanam kelapa di area SMA Negeri Bali Mandara.
Pembicara tamu lainnya Gede Kresna, pemilik Rumah Intaran di desa Bengkala menjelaskan tentang Intaran yang disebut sebagai pohon Sukarno di Arab Saudi. Pohon Intaran yang baik ditanam di daerah kering memiliki banyak fungsi. Selain sebagia penahan tanah, windbreaker juga disebut pohon sorga karena semua bagiannya bisa digunakan untuk obat-obatan, pestisida, pupuk nabati dan sebagainya. Pak Gede Kresna menyumbangkan 10 pohon intaran & pohon asem untuk ditanam di areaSMA Negeri Bali Mandara.
Eco Bali recycling, pembicara terakhir memberikan informasi mengenai Non Organik. "Perlu dilakukan pemilahan untuk mempermudah merecycle produk" kata Pak Ketut Mertanadi, direktur dari perusahaan yang melakukan pengolahan sampah non organik dari tetra pak, kaca, plastik dsbnya.
Anak-anak kelas XI merasa program Eco School sangat berguna bagi mereka untuk diimplementasikan ke masyarakat. Mereka juga berencana melakukan penanaman intaran di beberapa tempat bersama grup Bimasena & pak Gede Kresna. photo kegiatan bisa dilihat di   https://www.facebook.com/media/set/edit/a.335899756517283.80860.127763250664269/
 

Jumat, 14 Desember 2012

Titian Muhibah CIMB Niaga

Rama, Narendra & Thalia ikut dalam rombongan titian muhibah CIMB NIaga. dari 30 orang peserta hanya mereka yang siswa SMA

Senin, 10 Desember 2012

Micho Wedayana mendapat hadiah khusus jam tangan yang sedang dipakai gubernur Bali Made Mangku Pastika karena terkesan akan satua Bali " Cupak Gerantang

Minggu, 02 Desember 2012

Sparkling Eyes, You Can Do It!: Motivating Bali Mandara Students to Dream and Achieve BIG

Made Herry Santosa during his presentation
This is Mr. Herry Santosa comment after as guest speaker in his blog  http://mhsantosa.com/1/post/2012/12/december-02nd-20121.html
I saw many bright eyes when visiting this high school of SMA Bali Mandara, Bali, Indonesia last time. I had previously heard that the school has been around for two years old and quite unique. Why unique? This school is composed of a strong leader's vision of helping disadvantaged, but enthusiastic  young people to study, motivated teachers, and the sparkling students. I was informed that it is a mutual partnership Sampoerna Academy and the government of Bali to assist disadvantaged students who cannot study because of various reasons, such as poverty and other family issues (For more details, please read here). 

It was when I had a transit at Changi Airport that I contacted one of the persons I am aware to be a part of the school, Mbok Mirani Kusuma Dewi (note: mbok means an older sister, not necessarily a relative, in Balinese). I offered a similar thing like the one I did for my colleague in Ganesha University of Education (see link) that I was willing to share perspectives and experiences of studying in a Western context, like Australia. After several messages, it was agreed to share about studying abroad in general, including scholarship opportunities. 
***
I arrived at 1.45pm, 15 minutes earlier than the agreed time to meet the students. I went to ask a group of students, who seemed to practice singing, where the school’s office is. They smiled while greeting, “Om Swastyastu,” the Balinese way of saying “Welcome.” They then pointed out the office which is across our place that time. While walking, I could also listen to some traditional Balinese instruments being played from afar. Then, I met several people I know, some are my former students who appear to be the school’s teachers now. Good to know!

I then met Mbok Mirani who cordially introduced me to the Headmaster. To my surprise, I know the school’s headmaster. He is Pak Nyoman Darta, the former headmaster at SMA N 1 Singaraja; a school where I graduated some years ago. We then talked in brief about the history of the school, school system, donation from Sampoerna Academy, school’s daily activities, and students’ backgrounds. I forgot to tell you that all students were awarded a scholarship by Sampoerna Academy to study. There was a very strict selection procedure done before one could be awarded a scholarship. This is very good! As I told you earlier, all students come from disadvantaged family. Prominent issues, like the family is being poor, it has too many children, they are orphans, single-parent issue, one of the parents was involved in a crime and sent to jail, and many more. A lot of issues! Then, they were selected, given the full scholarship to study in the high school, live in the school’s dormitory, and have a bunch of positive activities based on their interests. To my surprise, they use English in daily classes and conversation! This is something I would rarely see in a normal school in Bali. Therefore, the initiative is a very good in my view.
At around 2pm, everyone gathered and Mbok Mirani, together with Pak Nyoman Darta started the session by having the school's yell. A very energetic one, I believe. I then started to talk. Another surprise was they could understand most of the talk which I delivered in English. This is not ‘normal,’ if I may use my previous experiences dealing with high school students. But, these young happy faces, they are ‘different’!
Here is my embedded talk. It was a simple and general talk about scholarship and living abroad. However, I could see their eyes got sparkled and smiles appeared from their enthusiastic faces. And yes, they asked a lot of good questions, too.

They seemed to enjoy and be motivated more than the first time I saw them an hour earlier. They know they are not rich, not lucky as they have many issues, but I kept assuring them that anything is possible if we dream BIG and put efforts into it. In relation to getting a scholarship, I said “Intelligence is not the most, perseverance is.” It was actually evidenced that many of the students at this school won International and National prizes. A good start for a two-year-old school!
One funny thing happened during my talk. It was cloudy and then raining hard during the talk. While I was explaining living abroad, the rain started to fall, and suddenly, many of them got up and ran outside the hall. I, looking confused, was told by the headmaster that the students went out in a rush to pick up their clothes! Oh my, I quickly nodded, as they live at the schools, they should wash and dry their clothes at the school area as well! :)

After the talk, many students smiled, shook my hand, and put it on their forehead. I was so moved by their sincere hearts. We took pictures afterwards.
 After that, I had a chance to look around the school and found that this school is promising. The garden, the library, ICT Center, dormitory, etc. They are not of the very best, but I can feel this is only a start. A very good start!

As the school would not be funded by the Academy for the whole time, these supporting learning environments should be sustained. One of them is by finding any relevant personal and institutional bodies for donation. The head of the school kept asking me for an opportunity of having sister schools. So, my friends, if any of you know any information about this, please kindly contact the school, or me. So, I can forward it to the school.
Thank you for reading and I am happy for any constructive feedback :)

Kamis, 29 November 2012

Akhirnya Andika bisa keluar Bali



Pergi ke luar Bali adalah cita-citaku sejak kecil. Akan tetapi aku memiliki standar untuk itu. Minimal, aku harus pergi karena prestasi, bukan yang lain. Berbagai usaha telah kulakukan tapi aku belum berhasil. Aku yakin suatu saat aku akan pernah merasakan pergi ke luar bali karena prestasi, akan kubuktikan.
Setelah aku bersekolah di SMAN Bali Mandara, harapan itu masih kusimpan. Pada saat sosialisasi dari dinas penataan ruang provinsi bali, aku mengikutinya dengan seksama. Mereka mengadakan lima kategori lomba yang berkaitan dengan penataan ruang. Menariknya, sang juara pertama akan dikirim ke Jakarta untuk mengikuti perayaan haritaru (hari tata ruang). Mendengar hal tersebut aku sangat semangat untuk mengikuti kompetisi ini. aku memutuskan untuk mengikuti lomba dalam kategori gagasan teknologi hijau.
Mencari ide merupakan hal yang paling sulit bagiku. Aku membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memutuskan ide yang akan kubuat. Di saat aku menemukan ide pertama, aku sangat senang. Kukonsultasikan ide tersbut ke beberapa guru dan teman, tetapi sebagian dari mereka tidak menanggapi positif ideku. Akupun begitu down dan hampir menyerah. Untungnya, motivasi dari guru dan teman-teman tidak pernah surut sehingga aku bisa bangkit dan mencari ide baru. Ide keduaku ini merupakan ide yang sangat berkesan. Walau cikal bakal ide ini adalah dariku, banyak teman dan guru yang membantu menyempurnakan. Aku sangat bangga telah berada di sini.
Hari terakhir pengumpulan, aku belum menyelesaikanya. Secara terpaksa, aku minta izin untuk menyelesaikan sketsa yang akan kukirim. Masalah kedua menimpaku. Aku paling anti kalau disuruh masalah gambar menggambar. Aku sejenak sangat bingung. Ternyata tidak ada pilihan lain kecuali aku berusaha sebaiknya. Sangat banyak sketsa yang kuulang untuk menyelesaikan proyek yang satu ini. hasilnyapun bisa dibilang sangat memuaskan bagiku, sangat memuaskan. Gambarku masih gambar hitam putih dengan deskripsi yang kuketik terpisah di Microsoft word. Pengumpulan pertama, gambarku di tolak oleh guru Pembina karena gambarku terlalu sederhana. Akupun mencoba mengarsir gambar tersebut dengan petunjuk dari teman lain yang ahli dalam bidang arsiran gambar. Hasil ini, lagi, mendapat penolakan dari guru pembinaku. Beliau memintaku untuk mengisi sedikkit deskripsi pada sketsa gambarku. Usaha yang terakhir ini akhirnya mendapat apresiasi yang cukup baik. Gambarku diterima dan aku merasa sangat plong.
Hari setelah pengumpulan sketsa itu berjalan seperti biasa. Aku berusaha tidak untuk memikirkan juara. Aku rasa, sangat kecil kemungkinanku untuk menjadi juara pertama di Bali. Tapi harapan itu selalu ada. Hingga suatu hari harapan ini menjadi kenyataan. Salah seorang guruku di kelas mendapat telepon dari dinas PU Bali. Waktu itu kelasku sedang dalam jam istirahat. Sekembalinya aku dari kantin Mr Darsika, guru yang sangat membantuku dalam konsultasi memberitahu bahwa aku menjadi juara satu dan akan berangkat ke Jakarta November ini.
Senang tak terkira menjalar di seluruh tubuhku. Cita-cita yang kuidam-idamkan akan segera terwujud, sebentar lagi. Tapi aku tidak mau langsung senang. Aku bertanya kepada Miss yuli selaku guru pembimbing dalam lomba ini. Beliau menjawab positif dan saat itulah klimaks kesenanganku. Hari selanjutnya aku dibina dengan intensif oleh miss Yuli untuk persiapan ke Jakarta. Walau lelah, aku dan dua orang teman lain tetap berusaha.
Hari yang kutunggu-tunggu tiba. Kami berlima kader Penataan Ruang dari Bali berangkat ke Jakarta untuk mengikuti perayaan hari penataan ruang. Di sana kami mendapat pengalaman yang sangat berharga. Pengalaman ini merupakan pengalaman indah yang tidak ternilai harganya. Bertemu dengan orang-orang dari seluruh Indonesia dan bercengkrama bersama. Selain itu, kami mendapat materi dari pihak panitia yang sangat berpengalaman. Walau pada akhirnya aku belum berhasil mendapat juara tingkat nasional, tapi pengelaman ini sungguh sangat berharga dan tak mungkin pernah kulupakan.

Si Cantik Multitalented Siska

Terlahirkan di tengah-tengah keluarga yang sederhana bukanlah masalah bagi salah satu siswi SMA N Bali Mandara (Sampoerna Academy), Ni Luh Putu Siska Dewi. Dia dilahirkan tepat Hari Selasa, 09 Januari 1996 di Desa Pekutatan. Masa kecil adalah masa-masa yang menyenangkan baginya karena Tuhan masih berbaik hati untuknya agar bisa menikmati kasih sayang dari orangtua yang lengkap. Ayah yang hanya lul
usan Sekolah Dasar hanya bisa menghasilkan pendapatan sebagai seorang buruh pencari getah karet di sebuah perusahaan yang berdiri di Sumbermis. Sedangkan ibu yang lulusan Sekolah Menengah Atas hanya bisa mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pedagang canang sari di Pasar Pekutatan. Itu pun pekerjaan yang mulia karena keinginan ibu yang memiliki cacat pada kakinya sangat besar untuk bisa membantu sang suami.
Sejak kecil, siska begitu rajin untuk belajar dengan mandiri. Dia sangat senang membantu ibunya untuk mempersiapkan jualan. Pagi-pagi buta Pak Nyoman Sudiana yang tidak lain adalah ayah kandungnya sudah berangkat ke kebun perusahaan untuk mencari getah karet. Sedang ibunya pun menggendong dia setiap pagi sambil menunggu ojek menuju pasar yang berjarak lumayan jauh dari rumahnya. Setiap pagi itupun dia dititipkan kepada neneknya yang memiliki rumah dekat pasar tersebut. Begitu kehidupan yang mengasyikkan di tengah-tengah serba kekurangan itu. Berbagai prestasi telah dia ukir selama di Sekolah Dasar maupun di tingkat Sekolah Menengah Pertama. Baik prestasi dibidang akademik atau non-akademik.
Suatu hari ketika menduduki bangku SMP, tepatnya baru menginjak semester satu kelas dua, kejadian yang tidak mengenakkan mewarnai hidupnya. Ayah yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga untuk keluarganya tiba-tiba harus dimasukkan ke jeruji besi. Hal yang pahit tersebut terjadi karena ada kesalahpahaman antara ayahnya dengan pihak perusahaan tempat ayahnya dulu bekerja. Seekor sapi yang lepas tanpa sepengetahuan Bapak Nyoman Sudiana ini yang menyebabkan beliau sampai harus berurusan dengan polisi.
Enam bulan adalah waktu yang cukup lama bagi keluarga dari Siska untuk merasakan hidup tanpa seorang kepala keluarga. Selama masa-masa itu Siska mencari bekalnya ke sekolah seorang diri karena tidak ingin membebani ibunya. Berbagai macam pekerjaan sempat dia lakukan seperti nyortir coklat, memetik bunga pacar, dan berjualan ke pasar. Kejadian inilah yang juga menyebabkan prestasi Siska di sekolah menurun. Syukurnya dia bisa mengembalikan prestasinya lagi setelah badai tersebut berlalu.
Enam bulan berlalu ketika ayahnya sudah keluar dari jeruji besi, dia harus berpisah dengan keluarga yang dia sayangi. Seorang guru bahasa Inggris meminta dia untuk tinggal bersama beliau. Berhubung guru tersebut baru menikah tapi ditinggal suami untuk melanjutkan pendidikan. Setahun lebih dia tinggal bersama beliau, banyak hal yang dapat dia pelajari dari kehidupannya.
Masa remaja pastinya ada saja hal yang membuat seseorang untuk tertarik akan sesuatu. Inilah yang dirasakan Siska ketika itu, berkeinginan untuk memiliki sebuah telepon genggam. Dibantu berupa modal uang sebesar Rp.30.000,- merupakan hal yang besar baginya untuk memulai usaha dagang kecil-kecilan. Berkat kegigihannya tersebut dia berhasil dalam waktu sebulan untuk memiliki sebuah telepon genggam. Lomba adalah salah satu jalur bagi siswi ini untuk menghasilkan uang. Tidak hanya bermaksud mengukir prestasi tapi juga untuk mendapatkan sejumlah uang yang bisa dia gunakan untuk membeli keperluan sekolah.
Ditingkat Sekolah Dasar dia sempat menjuarai lomba dokter kecil di Tingkat Provinsi. Itu menjadi acuannya untuk menjadi seorang dokter. Ketika SMP dia juga sempat menjadi juara 2 cipta cerpen di Tingkat Provinsipada tahun 2010. Suatu kebanggaan yang tak bisa diungkapkan bagi orang yang baru menginjak remaja. Jiwa seni sangat kental pada dirinya dan dibumbui dengan mental tinggi yang membuat dia berani tampil di depan umum. Masih banyak perlombaan yang dia ikuti namun tidak bisa kita sampaikan sekarang.
Bukan terkenal yang dia cari tetapi melakukan yang terbaik untuk orang lain adalah apa yang ingin dia lakukan. Membuat dirinya sebagai anugerah bagi orang lain dan membuat mereka bahagia karenanya adalah keinginan siswi berumur 16 tahun ini. Ketika bersekolah di SMA N Bali Mandara (Sampoerna Academy) dia putuskan memilih kelas Humanities sebagai jalannyan menuju sukses kelak. Walau banyak orang mengkritik pilihan tersebut adalah salah, tetapi Siska selalu meyakini bahwa pilihannya itu adalah yang terbaik yang akan bisa membuat dia untuk bisa membahagiaakan orang lain. Harapannya nanti adalah bisa menuntut ilmu di Luar Negeri dan membangun bangsa negara kita bersama pemimpin-pemimpin lainnya. Harapan kepada donor supaya beliau mau membantu anak ini.

Senin, 26 November 2012

hidup itu berasal dari mimpi

I Made Iwan Darmawan adalah anak bungsu dari dua bersaudara, ia terlahir di bidan daerah Kesiman, Denpasar Timur. Iwan terlahir dari pasangan I Made Artawan dan Ni Nyoman Murtiasih, nama saudaranya adalah I Putu Dedy Sutrisna dan mereka hidup dengan ekonomi yang kurang.
Ketika kecil ia bersekolah di TK Widya Kumara, selanjutnya dia melanjutkan di SD 16 Kesiman, karena krisis ekonomi membuat iwan dan keluarganya pindah ke desa. Mulai saat itu ia bersekolah di SD N 1 Dawan Kaler. Sejak SD, ia mulai membantu kedua orang tuanya membuat berbagai kerajinan dari daun kelapa dan mengangkut buah kelapa (ngajang nyuh). Dari hasil kerja kerasnya ia hanya mendapat upah sebesar Rp. 5000 per hari, baginya uang Rp. 5000 itu sangat berharga untuk kehidupan keluarganya.
Setelah lulus SD, Iwan menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Dawan. Berkat usaha dan kerja kerasnya, sekarang ia bersekolah di SMA Negeri Bali Mandara (Sampoerna Academy). Baginya “walaupun kita berasal dari keluarga yang kurang mampu, tidak surut semangat untuk meraih prestasi” begitu ucapnya.
Selama ia menjalani kehidupannya beberapa prestasi telah ia raih baik akademik maupun non-akademik. Untuk prestasi di bidang akademik di antaranya juara 2 di SD, juara 1 umum di SMP, olimpiade fisika tingkat kabupaten.
Untuk  prestasi non-akademik di antaranya juara harapan 3 tari wirayuda di bali tv, juara harapan 1 tari baris, juara harapan 1 tari kebyar duduk dan juara favorit tari baris di art center, jambore pramuka tingkat daerah dan tingkat nasional dan juga lomba menyanyi, dan baru-baru ini ia mendapat juara dalam lomba gerak jalan.
Berkat semua usahanya, Iwan memperoleh kesempatan untuk mengikuti jambore pramuka di Palembang, disana Ia dapat bertemu langsung dengan bapak presiden kita yaitu “Susilo Bambang Yudhoyono” seluruh pengalaman itu sangat berharga bagi Iwan Darmawan.
 Iwan memiliki hobi yang lumayan banyak , mulai dari menari, menyanyi, main gitar, sepak bola, pramuka, hampir semua itu pernah ia coba. Dimata teman-temannya  Iwan dikenal sebagai sesosok yang ceria dan di masyarakat ia juga dikenal sebagai anak yang multi talenta, tetapi ia tidak pernah memilih-milih teman dalam bergaul.
Semangat iwan tidak akan pernah padam, ia akan terus mencoba, karena motivasinya adalah ingin membahagiakan keluarganya dan “hidup itu berasal dari mimpi dan hidup itu harus ada usaha dan kerja keras jika kita ingin sukses”

Kamis, 22 November 2012

RINGKASAN PERJALANAN LOMBA LTT KOPERASI




Persiapan mengikuti lomba LTT Koperasi kami lakukan dua minggu sebelum lomba ditingkat kabupaten berlangsung. Saya didampingi rekan yaitu Kadek Ayu Vergianti Agustini dan Kadek Dedi Sahana bersama Pembina yang menurut kami begitu hebat yaitu Miss Citra. Satu minggu awal kami melakukan pembinaan setelah pulang sekolah yaitu dari jam 16.00 – 18.00, pembinaan saaat itu kami lakukan dengan intensif, kami melanjutkan belajar pribadi di malam hari. Minggu kedua (satu minggu sebelum lomba) kami mendapat dispen untuk pembinaan dari pagi pukul 07.00 hingga sore pukul 18.00. lomba dimulai pagi hari pukul 09.00 tapi kami berangkat dari sekolah pukul 07.00.
Dalam perlombaan, babak penyisihan dilakukan di Kantor Dekopinda Buleleng, yang mana pesertanya berjumlah tujuh tim. Test awal adalah test objektif kemudian disusul dengan tes isian singkat dan hitungan. Dalam babak ini kami memperoleh peringkat kedua. Kami merasa begitu senang dan antusias untuk babak final keesokan harinya. Final dilaksanakan di Wantilan RRI Singaraja, yang penayangannya on air di radio RRI. Ketika lomba dimulai dan kami mendapat undian untuk duduk di podium A, suasana sangat menegangkan. Babak pertama adalah babak amplop kemudian babak pemahaman konsep, dan terakhir babak cepat-cepatan. Yang paling seru adalah babak cepat-cepatan, karena terjadi kejar-kejaran skor. Hingga skor tertinggi jatuh ke tim kami, dan berhak untuk mengikuti lomba ke tingkat provinsi.
Hari yang tersisa dipakai untuk menambah pemahaman tentang materi koperasi untuk lomba di tingkat provinsi. Pembinaan lebih intensif, karena perlombaan diadakan pada 31 Juli 2012. Namun kami berangkat sehari sebelumnya untuk menghindari rasa mabuk. Kami berangkat di dampingi oleh Pak Mudita, guru bahasa Indonesia kami. Menuju Hotel Dewi Karya tempat kami beristirahat. Sesampai di hotel, kami bergegas mandi kemudian mandi dan kemudian belajar. Keesokan harinya kami bangun jam 4.00 a.m. untuk belajar untuk mereview materi kemarin. Kami berangkat pukul 07.00 pagi, kami merasa percaya diri dengan pakaian SA ketika sampai di tempat lombayaitu di Hotel Nuansa Indah. Hotel tersebut begitu megah menurut kami. Perlombaan di mulai pukul 9.00 pagi. Saat itu perlombaan yang diwakili oleh masing-masing kabupaten dibagi menjadi 3 gelombang, kami mendapat gelombang pertama bersama 2 lawan lain dari provinsi lain. Salah satu dari mereka adalah pemenang juara umum atau piala bergilir tahun lalu. Hal tersebut membuat kami sedikit minder
                Lomba pun dimulai, babak pertama adalah soal amplop. Kami menjawab dengan begitu mantap, tapi hal tersebut juga tejadi pada group lainnya. Setelah itu dilanjutkan dengan soal bagan dan soal hitungan, lagi-lagi kami menjawab soal tersebut dengan baik sehingga memperoleh skor yang baik. Dan babak terakhir adalah soal cepat-cepatan, dalam babak ini kami cukup tegang karena babak ini adalah kesempatan untuk mengejar ataupun memperoleh point tinggi. Skor kami dengna SMK Negara kejar-kejaran, karena ini bukan masalah pintar atau engggak tapi cepat dan tangkas. Hal hasil kami menang dan berhak maju ke babak final. Sementara kami kasihan melihat SMK Negara menangis menyesali kekalahannya. Setelah gelombang 2 dan 3 berakhir dan diperoleh pemenang, kami diadu. Tidak disangka lawan kami difinal cukup tangkas untuk kami yaitu dari SMK Negara. Kami kali ini fluktuasi skor lebih dinamis dari sebelumnya. Hingga soal cepat-cepatan skor kami dengan mereka tak pernah diam. Hingga pada soal terakhir yang merupakan pertanyaan spontan dari dekopinwil beserta jajarannya. Salah satu soall terakhir yang paling menarik adalah soal kedua, karena siapa saja yang dapat menjawabnya akan memperoleh isi dompet dari wakil dekopinwil yang berupa uang. Dengan rasa PD kami menerima tantangan tersebut hingga akhirnya tombol kami terpencet lebih dulu dan kami menjawab soal yang diberikan. Kami berhasil menjawabnya. Uang dalam dompet itupun kami ambil sebesar 300 ribuan. Soal tersebut menyebabkan skor kami dengan SMK Negara sama atau imbang. Kemudian berlanjut ke soal paling akhir yang menentukan juara. Dalam soal ini rasa tegang benar-benar kami rasakan. Tangan diatas tombol bergetar dan berkeringat. Udara yang kami hirup kami coba untuk menenangkan raga kami. Hingga kata terakhir dari soal terakhir dibacakan dan tteeettt….. bel dari SMK lebih dulu berbunyi dan mereka menjawab. Tapi ternyata jawaban mereka salah hingga harus dikurangi 100 dan kemenangan ada di pihak kami sebagai juara 1. Dan kami pulang dengan rasa bangga, karena sebagai pendatang baru dalam lomba tersebut kami sudah berhasil membondong piala bergilir tersebut ke sekolah.

                                                                                                                                                                Krisnawan